Rabu, 04 Desember 2013

Eva Braun, Cinta Sang Diktator

Di balik kekejaman dan ambisi Adolf Hitler, ia menyimpan secuil relung hatinya untuk perasaan cinta. Kepada seorang perempuan manis berambut ikal, Eva Braun, kekasih yang menemaninya hingga akhir hayat. Mereka bunuh diri bersama, hanya beberapa jam setelah menikah.

Baru-baru ini terkuak keberadaan surat terakhir yang ditulis Eva Braun. Surat pertama bertanggal 19 April 1945. Ditulis dari bunker persembunyiannya, Eva mengaku "bahagia bersama Hitler", meski di tengan berondongan artileri dan bom bertubi-tubi dijatuhkan pihak Uni Soviet.


"Aku yakin semua akan kembali seperti semua, baik-baik saja," tulis Eva dalam surat pertamanya, seperti dimuat Daily Mail, Selasa (11/6/2013).

Namun, optimisme itu tak berumur panjang. Tiga hari kemudian, saat serdadu Uni Soviet merebut ibukota, Berlin, dan dengan cepat melumpuhkan pasukan Jerman yang lelah, Eva mengaku cemas. Gundah gulana yang ia rasakan dituangkan dalam surat kedua bertanggal 22 April 1945.

"Kami berjuang di sini hingga titik darah penghabisan. Tapi aku takut, hari akhir makin dekat," tulis Eva Braun. Ia juga menulis, sedang bersiap untuk mati, kapanpun maut menjemput.

Delapan hari kemudian, ucapannya terbukti, Eva tewas bunuh diri, di samping suami yang baru dinikahinya beberapa jam sebelumnya: penguasa Nazi, Adolf Hitler. Eva tewas di usia 33 tahun.

Eva dan Hitler menikah 29 April 1945 dan bunuh diri bersama 30 April 1945. Surat terakhir Eva Braun dipublikasikan minggu ini dalam buku berjudul "The Women of the Nazis" yang ditulis sejarawan Anna Maria Sigmund.

Penulis, yang karya-karyanya diterjemahkan dalam lebih dari 30 bahasa, bersikukuh surat yang dijadikan dasar bukunya adalah asli. Benar-benar ditulis oleh Eva Braun untuk sahabatnya, Herta Schneider. "Aku tak meragukan keaslian surat itu. Eva yang mengetiknya," kata Anna.

Anna mengklaim, keturunan Schneider, yang meninggal 20 tahun lalu, menunjukkan surat itu padanya. Surat itu lalu digandakan, sebelum akhirnya dijual pada kolektor.

Anna Maria Sigmun juga menjelaskan perubahan perasaan Eva Braun, hanya dalam waktu 4 hari, ketika berada di bunker. "Harapan yang ia sampaikan pada 19 April 1945 dan rasa putus asa pada 22 April 1945."

"Kekasih Gelap"

Eva menikahi Hitler kurang dari 40 jam sebelum mereka mengonsumsi sianida. Sebelum Hitler menembak dirinya sendiri di bagian kepala. Meski 2 sejoli itu sudah hidup bersama selama bertahun-tahun.

Mereka menjalani kisah cinta selama beberapa tahun. Hitler dan Eva beda usia 20 tahun. Mereka bertemu saat perempuan kelahiran Munchen itu masih 17 tahun.

Kala itu, Eva bekerja sebagai asisten Heinrich Hoffmann, fotografer asal Munich yang kemudian menjadi kamerawan pribadi Sang Fuhrer. "Kehidupan cinta dan seksual mereka seperti laiknya pasangan normal lainnya," ungkap Anna.

Hitler menyembunyikan keberadaan Eva selama masa kepemimpinannya kepada rakyat Jerman. Untuk menguatkan mitos bahwa ia "menikahi bangsa dan negaranya".

Eva hanya diperkenalkan ke orang-orang dekatnya, di lingkaran dalam, pada acara yang digelar di rumah peristirahatannya di Berchtesgaden, Alpin atau apartemennya di Berlin.

Dan seperti Hitler, tak diketahui di mana makam Eva berada. Jasad keduanya diduga kuat dibakar Tentara Merah, Uni Soviet beberapa saat setelah ditemukan tergeletak di sebuah sofa di dalam bunker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar