Keris...ehm...rata2 orang jawa pasti punya senjata ini...sebagai simbol adat budaya...dan juga dipakai sebagai "pegangan"...tapi sebatas mana sih pengetahuan kita tentang keris...diluar unsur magis dan kata DUKUN...hehehe...itu mah pemikiran sempit...bagi sy pribadi...keris adalah salah satu unsur budaya dan senjata tradisional Indonesia asli yg harus bin kudu wal musti dilestarikan...jangaan ampee deeh diklaim lagi budaya kita ini sama negara lain...kalo udah gitu...baru deh geger...hadeeeh...
Keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan 14. Selain
digunakan sebagai senjata,keris juga sering dianggap memiliki kekuatan
supranatural. Keris terbagi menjadi tiga bagian yaitu mata, hulu, dan sarung.
Beberapa jenis keris memiliki mata pedang yang berkelok-kelok. Senjata ini
sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu
Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.
Keris sendiri sebenarnya adalah senjata khas yang digunakan oleh
daerah-daerah yang memiliki rumpun Melayu atau bangsa Melayu.Pada saat ini,
Keberadaan Keris sangat umum dikenal di daerah Indonesia terutama di daerah
pulau Jawa dan Sumatra, Malaysia, Brunei, Thailand dan Filipina khususnya di
daerah Filipina selatan (Pulau Mindanao). Namun, bila dibandingkan dengan
Indonesia dan Malaysia, keberadaan keris dan pembuatnya di Filipina telah
menjadi hal yang sangat langka dan bahkan hampir punah.
Tata cara penggunaan keris juga berbeda di masing-masing daerah.
Di daerah Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di pinggang bagian
belakang. Sementara di Sumatra, Malaysia, Brunei dan Filipina, keris
ditempatkan di depan. Sebenarnya keris sendiri memiliki berbagai macam bentuk,
ada yang bermata berkelok kelok (7, 9 bahkan 13), ada pula yang bermata lurus
seperti di daerah Sumatera. Selain itu masih ada lagi keris yang memliki kelok
tunggal seperti halnya rencong di Aceh atau Badik di Sulawesi.
BAGIAN-BAGIAN KERIS
Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata
tikam, sehingga bagian utama dari sebilah keris adalah wilah (bilah) atau
bahasa awamnya adalah seperti mata pisau. Tetapi karena keris mempunyai
kelengkapan lainnya, yaitu wrangka (sarung) dan bagian pegangan keris atau
ukiran, maka kesatuan terhadap seluruh kelengkapannya disebut keris.
PEGANGAN KERIS
Pegangan keris ini bermacam-macam motifnya , untuk keris Bali
ada yang bentuknya menyerupai patung dewa, patung pedande, patung raksaka,
patung penari , pertapa, hutan ,dan ada yang diukir dengan kinatah emas dan
batu mulia .Pegangan keris Sulawesi menggambarkan
burung laut. Hal itu sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat
Sulawesi yang merupakan pelaut, sedangkan burung adalah lambang dunia atas
keselamatan. Seperti juga motif kepala burung yang digunakan pada keris Riau
Lingga, dan untuk daerah-daerah lainnya sebagai pusat pengembangan tosan aji
seperti Aceh, Bangkinang (Riau) , Palembang, Sambas, Kutai, Bugis, Luwu, Jawa,
Madura dan Sulu, keris mempunyai ukiran dan perlambang yang berbeda. Selain
itu, materi yang dipergunakan pun berasal dari aneka bahan seperti gading,
tulang, logam, dan yang paling banyak yaitu kayu. Untuk pegangan keris Jawa,
secara garis besar terdiri dari sirah wingking ( kepala bagian belakang ) ,
jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan) ,weteng dan bungkul.
WRANGKA ATAU RANGKA
Wrangka, rangka atau sarung keris adalah bagian (kelengkapan)
keris yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial
masyarakat Jawa, karena bagian wrangka inilah yang secara langsung dilihat oleh
umum . Wrangka yang mula-mula (sebagian besar) dibuat dari bahan kayu (jati ,
cendana, timoho , kemuning, dll) , kemudian sesuai dengan perkembangan zaman
maka terjadi perubahan fungsi wrangka (sebagai pencerminan status sosial bagi
penggunanya ).
Kemudian bagian atasnya atau
ladrang-gayaman sering diganti dengan gading. Secara garis besar terdapat dua
macam wrangka, yaitu jenis wrangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian :
angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri
serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka gayaman (gandon) yang
bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang tetapi tidak terdapat
angkup, godong dan gandek. Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah
ditentukan, walaupun tidak mutlak.
Wrangka ladrang dipakai untuk upacara resmi , misalkan menghadap
raja, acara resmi keraton lainnya (penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan,
perkimpoian, dll) dengan maksud penghormatan. Tata cara penggunaannya adalah
dengan menyelipkan gandar keris di lipatan sabuk (stagen) pada pinggang bagian
belakang (termasuk sebagai pertimbangan untuk keselamatan raja ).
Sedangkan wrangka gayaman dipakai untuk keperluan harian, dan
keris ditempatkan pada bagian depan (dekat pinggang) ataupun di belakang
(pinggang belakang).
Dalam perang, yang
digunakan adalah keris wrangka gayaman , pertimbangannya adalah dari sisi
praktis dan ringkas, karena wrangka gayaman lebih memungkinkan cepat dan mudah
bergerak, karena bentuknya lebih sederhana. Ladrang dan gayaman merupakan
pola-bentuk wrangka, dan bagian utama menurut fungsi wrangka adalah bagian
bawah yang berbentuk panjang ( sepanjang wilah keris ) yang disebut gandar atau
antupan ,maka fungsi gandar adalah untuk membungkus wilah (bilah) dan biasanya
terbuat dari kayu ( dipertimbangkan untuk tidak merusak wilah yang berbahan
logam campuran ) Karena fungsi gandar untuk membungkus , sehingga fungsi
keindahannya tidak diutamakan, maka untuk memperindahnya akan dilapisi seperti
selongsong-silinder yang disebut pendok .
Bagian pendok ( lapisan
selongsong ) inilah yang biasanya diukir sangat indah , dibuat dari logam
kuningan, suasa ( campuran tembaga emas ) , perak, emas . Untuk daerah diluar
Jawa (kalangan raja-raja Bugis , Goa, Palembang ,
Riau, Bali ) pendoknya terbuat dari emas ,
disertai dengan tambahan hiasan seperti sulaman tali dari emas dan bunga yang
bertaburkan intan berlian.
Untuk keris Jawa , menurut bentuknya pendok ada tiga macam,
yaitu (1) pendok bunton berbentuk selongsong pipih tanpa belahan pada sisinya ,
(2) pendok blewah (blengah) terbelah memanjang sampai pada salah satu ujungnya
sehingga bagian gandar akan terlihat , serta (3) pendok topengan yang
belahannya hanya terletak di tengah . Apabila dilihat dari hiasannya, pendok
ada dua macam yaitu pendok berukir dan pendok polos (tanpa ukiran).
WILAH
Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan
juga terdiri dari bagianbagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan,
yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada
puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang,
jaka lola , pinarak, jamang murub, bungkul , kebo tedan, pudak sitegal, dll.
Pada pangkal wilahan terdapat pesi , yang merupakan ujung bawah
sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris (
ukiran) .
Besi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang
sekitar 5 mm sampai 10 mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah
Jawa Timur disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah
Serawak, Brunei dan Malaysia
disebut punting.
Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris
disebut ganja (untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya aring). Di tengahnya
terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian
wilah dan ganja tidak terpisahkan.
Pengamat budaya tosan aji
mengatakan bahwa kesatuan itu melambangkan kesatuan lingga dan yoni, dimana
ganja mewakili lambang yoni sedangkan pesi melambangkan lingganya. Ganja ini
sepintas berbentuk cecak, bagian depannya disebut sirah cecak, bagian lehernya
disebut gulu meled , bagian perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit
ron. Ragam bentuk ganja ada bermacammacam, wilut , dungkul , kelap lintah dan
sebit rontal.
LUK
adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat
dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus
dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana
menghitung luk pada bilah , dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris,
dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang
(kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan
jumlahnya selalu gasal ( ganjil) dan tidak pernah genap, dan yang terkecil
adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah luk tiga belas (13). Jika ada keris
yang jumlah luk nya lebih dari tiga belas, biasanya disebut keris kalawija
,atau keris tidak lazim .
SEJARAH ASAL KERIS
Sejarah Asal keris yang kita kenal saat ini masih belum
terjelaskan betul. Relief candi di Jawa lebih banyak menunjukkan
ksatria-ksatria dengan senjata yang lebih banyak unsur Indianya.
Keris Budha dan pengaruh India-Tiongkok Kerajaan-kerajaan awal Indonesia
sangat terpengaruh oleh budaya Budha dan Hindu. Candi di Jawa tengah adalah
sumber utama mengenai budaya zaman tersebut. Yang mengejutkan adalah sedikitnya
penggunaan keris atau sesuatu yang serupa dengannya.
Relief di Borobudur tidak
menunjukkan pisau belati yang mirip dengan keris. Dari penemuan arkeologis
banyak ahli yang setuju bahwa proto-keris berbentuk pisau lurus dengan bilah
tebal dan lebar.
Salah satu keris tipe ini
adalah keris milik keluarga Knaud, didapat dari Sultan Paku Alam V. Keris ini
relief di permukaannya yang berisi epik Ramayana dan terdapat tahun Jawa 1264
(1342Masehi), meski ada yang meragukan penanggalannya.
Pengaruh kebudayaan Tiongkok mungkin masuk melalui kebudayaan
Dongson (Vietnam )
yang merupakan penghubung antara kebudayaan Tiongkok dan dunia Melayu. Terdapat
keris sajen yang memiliki bentuk gagang manusia sama dengan belati Dongson.
KERIS MODERN
Keris yang saat ini kita kenal adalah hasil proses evolusi yang
panjang. Keris modern yang dikenal saat ini adalah belati penusuk yang unik.
Keris memperoleh bentuknya pada masa Majapahit (abad ke-14) dan Kerajaan
Mataram baru (abad ke-17-18)
Pemerhati dan kolektor keris lebih senang menggolongkannya
sebagai “keris kuno” dan ”keris baru” yang istilahnya disebut nem-neman ( muda
usia atau baru ). Prinsip pengamatannya adalah “keris kuno” yang dibuat sebelum
abad 19 masih menggunakan bahan bijih logam mentah yang diambil dari sumber
alam-tambang-meteor ( karena belum ada pabrik peleburan bijih besi, perak,
nikel dll), sehingga logam yang dipakai masih mengandung banyak jenis logam
campuran lainnya, seperti bijih besinya mengandung titanium, cobalt, perak,
timah putih, nikel, tembaga dll.
Sedangkan keris baru ( setelah abad 19 ) biasanya hanya
menggunakan bahan besi, baja dan nikel dari hasil peleburan biji besi, atau
besi bekas ( per sparepart kendaraan, besi jembatan, besi rel kereta api dll )
yang rata-rata adalah olahan pabrik, sehingga kemurniannya terjamin atau
sedikit sekali kemungkinannya mengandung logam jenis lainnya.
Misalkan penelitian Haryono Arumbinang, Sudyartomo dan Budi
Santosa ( sarjana nuklir BATAN Yogjakarta ) pada era 1990, menunjukkan bahwa
sebilah keris dengan tangguh Tuban, dapur Tilam Upih dan pamor Beras Wutah
ternyata mengandung besi (fe) , arsenikum (warangan )dan Titanium (Ti), menurut
peneliti tersebut bahwa keris tersebut adalah ”keris kuno” , karena unsur logam
titanium ,baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940,
dan logam yang kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi,
banyak digunakan sebagai alat transportasi modern (pesawat terbang, pesawat
luar angkasa) ataupun roket, jadi pada saat itu teknologi tersebut belum hadir
di Indonesia.
Titanium banyak diketemukan pada batu meteorit dan pasir besi
biasanya berasal dari daerah Pantai Selatan dan juga Sulawesi .
Dari 14 keris yang diteliti , rata-rata mengandung banyak logam campuran jenis
lain seperti cromium,stanum, stibinium, perak, tembaga dan seng, sebanyak 13
keris tersebut mengandung titanium dan hanya satu keris yang mengandung nikel.
Keris baru dapat langsung diketahui kandungan jenis logamnya
karena para Mpu ( pengrajin keris) membeli bahan bakunya di toko besi, seperti
besi, nikel, kuningan dll. Mereka tidak menggunakan bahan dari bijih besi
mentah ( misalkan diambil dari pertambangan ) atau batu meteorit , sehingga
tidak perlu dianalisis dengan isotop radioaktif. Sehingga kalau ada keris yang
dicurigai sebagai hasil rekayasa , atau keris baru yang berpenampilan keris
kuno maka penelitian akan mudah mengungkapkannya.
Keris Pusaka terkenal
Keris Mpu Gandring
Keris Pusaka Setan Kober
Keris Kyai Sengkelat
Keris Pusaka Nagasastra Sabuk Inten
Keris Kyai Carubuk
Keris Kyai Condong Campur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar