Rabu, 29 Februari 2012

BELAJAR DARI SI DUNGU

Alkisah, disuatu kampung ada seorang lelaki separuh baya yang amat bodoh, tetapi ia tidak pernah menyadari kebodohannya. Karena itu ia sering dipanggil si Dungu. Ia tidak pernah mau belajar untuk mengurangi kebodohannya. Bahkan, ia merasa dirinya sangat pintar.

Suatu kali si dungu ikut shalat berjama'ah bersama dengan seorang imam yang shaleh. Saking sok taatnya kepada sang imam, ia ikut garuk-garuk kepalanya takkala sang imam menggaruk-garuk kepalanya yang gatal. Malah tiap kali sang imam mendehem karena suaranya serak, si Dungu juga ikut-ikutan mendehem.


Suatu ketika, masjid dikampungnya kedatangan tamu seorang muslim dari Australia. Tamu itu dipersilahkan menceritakan pengalaman hidupnya dimuka para jama'ah mesjid tersebut. Ia berbicara dalam bahasa Inggris yang sukar ditangkap kalau tidak diterjemahkan. Kebetulan tidak ada yang bisa berbahsa inggris sehingga semua hadirin hanya terbengong-bengong tidak tahu isi pembicaraan Muslim Australia tersebut.

Akan tetapi, si Dungu bolak balik mengangguk-anggukan kepalanya. Jama'ah yang disebelahnya bertanya, "kamu mengerti yang dipidatokannya?"
Si Dungu menjawab "tidak."
"Jadi kenapa engkau mengangguk-angguk terus dari tadi?"
"Aku mengantuk" jawab si Dungu asal-asalan.

Pada kesempatan shalat jumat, seorang khatib berjanggut lebat dan sudah berwarna putih seluruhnya, menaiki mimbar. Khotbahnya amat menarik dan membuat para jama'ah sangat terharu. Si Dungu bahkan sampai menangis tersedu-sedu. Melihat keadaan si Dungu yang tidak henti-hentinya mengucurkan air mata, Khatib itu amat bangga dan merasa iba. Sesudah Shalat Jumat, Khatib berjanggut putih itu sengaja mendatangi si Dungu, lantas bertanya, "apakah khutbah saya sangat menarik?"
"Oh menarik sekali," sungguh meyakinkan sekali sikap sok taqwanya.
"Menurut hemat Bapak, bagian manakah yang paling bagus dari isi khutbah saya sehingga membuat Bapak menangis tersedu-sedu?"
Si Dungu menjawab" Janggut putih Bapak yang mengharukan saya."
Khatib keherana, lantas bertanya "MAksud Bapak?"
"Melihat Janggut putih BApak, saya teringat seekor kambing saya yang dicuri setahun yang lalu. Janggut Bapak persis betul dengan janggut kambing saya yang hilang itu."
Tuan Khatib amat dongkol tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena si Dungu langsung menangis lagi dengan sedihnya.

Dia memang dundu tapi hidupnya amat berkecukupan dan royal. Istrinya saja ada dua orang. Yang satu masih muda sekali, namanya Siti Hasanah. Istri pertamanya gembrot dan pesek, namanya Siti Jamilah, yang artinya cantik jelita.

Suatu ketika si Dungu berangkat haji bersama dengan kedua istrinya. Ia bertanya kepada seorang ustadz. "Apa yang harus asaya baca? saya tidak bisa menghapal yang susah-susah."
Ustadz itu menjawab, "jangan bingung. Baca saja doa Sapu Jagad".

Itulah kemudian yang dikerjakan oleh si Dungu pada waktu menjalankan Thawaf dan Sa'i. Bahkan saking khusuknya sampai-sampai ketika ke pasdar untuk berbelanjapun ia selalu membaca doa sapu jagad yang berbunyi " Rabbana atina fidd dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, waqina 'azabannar."

Akan tetapi lama kelamaan istri tuanya yang berna a Siti Jamilah tidak kuat lagi menahan kemarahannya. Sambil mencubit keras-keras pinggang suaminya ia menghardik, "Kamu memamng tak tahu diuntung, aku ini istrimu yang banting tulang membantu kamu mencari rezeki sampai memperoleh kekayaan yang cukup banyak. Tetapi dari tadi yang kau sebut dalam doamu hanya Hasanah melulu, istri mudamu yang cantik dan menarik, Kalau aku tidak kamu panggil-panggil juga, pulang kerumah nanti, semua harta kekayaanku akan kembali, dan ceraikanlah aku saat itu jua."

Si Dungu merasa bersalah. Jamilah, istri tuanya, memang yang sebenarnya kaya raya. Ia meminta maaf dan berkata " Baiklah. Mulai detik ini doaku akan kuubah."

Akibatnya sekuruh jama'ah haji terbelalak keheranan mendengar doa si Dungu dimana-mana yang kini berbunyi " Rabbana atina fidd dunya hasanah, wa fil akhirati jamilah, waqina 'azabannar."

Apa yang bisa kita petik dari kisah tersebut? adalah pintar itu ternyata penting. Kaya raya tidak cukup membuat kita bahagia. Si Dungu adalah orang yang kaya raya, tetapi karena bodoh, iapun menjadi bahan tertawaan orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar